Adalah suatu keharusan menguji seorang laki-laki. Begitulah
sekiranya isi kepala sebagian perempuan, tidak terkecuali bagi Pishell. Banyak
yang bisa diuji, dari kesabaran, kesetiaan sampai soal kecemburuan. Yang
terakhir disebut, ialah kemahiran Pishell. Di sela perbincangan berdua setelah
menonton konser musik yang romantis, Pishell bertanya kepada mantan kekasihnya "Angelo, kamu bakal dateng gak ya ke nikahan aku ntar?"
Angelo yang masih bermanja dengan musik yang baru
mereka berdua lihat, tergagap seketika. Bukan rangkaian kata sehingga menjadi
sebuah jawaban yang sedang ia pikirkan. Tapi sejauh apa pertanyaan itu memiliki
fungsi.
”Datenglah!” ia jawab sekenanya sambil mengatur
mimik muka.
Sebetulnya pertanyaan itu secara sederhana bakal
diprediksi jawabannya dengan mudah. Tapi sesungguhnya apa yang dipikirkan
secara mendalam oleh Angelo mengandung runtutan dampak yang luas.
"Aku pernah diintimidasi teman-teman gara-gara
aku dicap pemberi harapan palsu. Aku bilang ke mereka sebetulnya aku yang ditarik
ulur sama perempuan. Perempuan ngajak aku makan, nonton atau sekedar iseng ke
suatu tempat, aku usahain untuk bisa. Terserah orang lain bilang atau kamu
sekalipun bilang aku murahan. Laki-laki panggilan. Aku cuma seneng bisa buat
orang lain seneng. Walaupun gak aku pungkiri setiap kisahnya, terhadap siapapun
itu, bakal meninggalkan kenangan yang entah kenapa membekas dan gak gampang
dilupain.
Setelah mereka (perempuan) menemukan seseorang
yang jauh lebih bisa memberi kesenangan, aku tinggal sendiri memunguti
kenangan. Atau seringnya dan mungkin bagi kamu berlebihan, sambil naik motor sendirian,
aku suka baca puisi Soe hok Gie yang akhirnya
semua akan tiba pada suatu hari yang biasa. Itu puisi favorit dan entah
kenapa pas untuk perjalanan hidup aku yang suka mengenang. Apakah kau akan membelaiku semesra dahulu, ketika ku dekap kau dekaplah
lebih mesra... Itu kan kalimat mengenang. Memang riskan cara hidup aku"
Pishell tergelapar oleh kalimat demi kalimat yang
Angelo utarakan. Cemburu yang ia harapkan hadir dari mantan kekasihnya,
diam-diam terproduksi sendiri oleh hatinya yang lembut. Tiba-tiba air di matanya
berantakan. Dua kedip saja mungkin luruh menjadi air mata tangis. Pishell
menahan. Air matanya disublim menjadi kata-kata.
"Aku minta maaf."
Angelo tersenyum kecil.
"Harusnya pertanyaan kamu tadi udah terlintas,
sewaktu nerima orang lain untuk ngegantiin aku. Aku tetap baik-baik aja. Meski
di waktu tertentu, ketika aku mendadak melankolis, aku gak tau, cerita
perjalanan kita pas tahun baru liat kembang api, ujan-ujanan dan ngelompatin
pagar mau dikemanain. Dan aku suka mendramatisir sendiri dengan membayangkan
kamu di sana lagi bermesraan dengan kekasih baru kamu, padahal di saat bersamaan
aku mengenang kamu."
Hati Pishell gemetar hebat mendengar ketusan
mantan kekasihnya.
"Aku gak pernah cinta sama siapapun setelah kamu.
Aku pengen nemuin yang baru. Kamu terlalu nyaman untuk aku kembali pulang. Dan
setiap ketemu kamu, aku selalu nemuin hal baru dari kamu. Aku tuh suka setiap
kamu cerita tentang segala informasi, apapun itu, cara kamu bercerita dengan
mimik muka kamu, satu perpaduan yang terkesan memaksa. Cara kamu memandang sesuatu juga jernih."
Angelo menutup mata. Ke-GR-an dengan sanjungan
Pishell. Pishell menepuk dahi Angelo, "kurang ajar nih!" Angelo kesal.
"Aku gak percaya kalo kamu gak cinta sama mantan
kamu itu.” protes Angelo.
"Iya.. tapi gak sampe cinta. Mungkin tertarik,
atau ada rasa nyaman.. ” Pishell coba membantah.
"Aku lagi gak percaya jodoh di tangan Tuhan."
Beberapa tahun ini Angelo memang kritis terhadap
hal berbau spiritual. Melalui berbagai pemikirannya ia sampai pada tahap bahwa
kekuasaan terbesar Tuhan justru meletakkan free
will pada garis kehidupan manusia. Mungkin juga itu perjanjian dengan
malaikat dan setan soal penciptaan manusia tempo dulu yang fenomenal. Bahwa
akan batal perjanjian mengenai manusia sebagai sebaik-baiknya bentuk sehingga
tak ada pertikaian tumpah darah dan hal-hal lain yang telah diprediksi malaikat
dan setan, jika Tuhan ikut turun tangan atas hidup manusia. Khususnya bagi
setan, cukuplah Tuhan sebagai pengatur pola-pola hidup seperti habis makan
kenyang, ingin banyak uang bekerja keras dan masih banyak lagi, tak sampai ke
hasil. Kalau Tuhan sudah ikut campur tangan banyak, sudah pasti setan mundur
untuk goda manusia, karena dekingan manusia Tuhan.
Ya begitulah deskripsi singkat kekritisan
spiritual dalam diri Angelo.
"Kok?" tiga huruf itu merupakan bentuk
representatif keanehan Pishell terhadap pemikiran Angelo.
"Jodoh ditangan manusia. Kriteria jodoh yang baik
yang dianjurkan sesepuh kita dan pengharaman nikah beda agama merupakan ciri-cirinya.
Balik ke soal kamu, dengan kamu gak punya teman laki-laki yang banyak, ruang
lingkup mobilitas kamu gak banyak laki-laki juga. Bisa dengan tegas aku bilang,
aku hampir jodoh kamu. Hahaha"
"Ahaha.. " mereka tertawa geli.
Kata jodoh yang menghubungkan mereka berdua
menghasilkan apersepsi sehingga terdengar aneh dan menghasilkan tawa.
"Jodohku maunya ku dirimu..." suara Angelo
diserempetkan ke dinding tenggorokan, khas Anang Hermansyah.
Pishell tersenyum lebar. Menikmati kebersamaannya
dengan Angelo.
Tidak terasa mereka sudah jalan kaki hampir 2
kilometer. Gerhana bulan malam itu sengaja dijadikannya alasan oleh mereka
untuk berjalan kaki. Mereka menuju tempat minum kopi biasa mereka dulu beli.
Kayaknya secara alam bawah sadar mereka ingin bernostalgia dengan apa yang
telah mereka lakukan dulu.
"Satuu.. duaa... tigaa ..." Angelo memberi
aba-aba yang langsung direspon Pishell dengan ancang-ancang berlari. Pishell
sudah tau apa maksud aba-aba tersebut.
Mereka berdua berlari. Menyusuri trotoar jalan
besar. Melewati tiang-tiang lampu. Berteriak norak tak peduli pelototan mata
orang sekeliling.
"Aa-a-ayoo lebih ke-een-ceng ... ” suara
tersengal Angelo menyemangati.
Pishell mengejar dan merapat sejajar dengan
Angelo. Angelo memegang tangan Pishell agar mereka lari bersamaan. Orang-orang
yang melihat kejadian itu banyak yang mencibir dengan kata "sok romantis".
Soal fisik,
mereka tergolong kuat. Kalau tidak, mana mungkin mereka berdua sampai ke puncak
gunung tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci. Jadi mereka berlari sampai ke
tempat kedai kopi langganan mereka.
Saat sampai dengan nafas tersengal Angelo berkata "wuah rusak nih jantung, abis lari minum kopi."
"Wuah iya..."
Akhirnya mereka tidak jadi meminum kopi. Mereka
berdua memesan es jeruk lemon.
Sambil menunggu pesanan, Angelo minta ijin untuk
bertanya sesuatu. Meminta ijin untuk bertanya merupakan petunjuk bahwa
pertanyaan yang ingin diajukan berarti serius. Pishell mempersilahkan.
"Kamu suka aku dari mananya?" pertanyaan itu
sudah kesekian kalinya
"Akhh. Gak mau." jawabannya pun sama seperti
sebelumnya.
Untuk kali ini pertanyaan yang diajukan Angelo
memang lebih serius dari sebelumnya. Dikarenakan keheranan Angelo terhadap
beberapa teman perempuannya yang seperti ngasal
memilih kepada siapa hatinya dilabuhkan. Angelo bakal membrondong orang lain
dengan pertanyaan, jika ada yang bilang bahwa cinta itu buta. Baginya cinta itu
mencerahkan. Atau bolehlah jalan tengahnya yang disepakati Angelo, cinta memang
buta tapi gak goblok. Kata-kata
terakhir itu dari Pishell.
"Salah satu alasan aku milih kamu dulu, karena
kamu menaikkan kelas aku sebagai
laki-laki." puji Angelo.
Alis kerang panjang milik Pishell melengkung tanda
bingung .
"Aku bingung sama orang yang milih pasangannya
tanpa ada pertimbangan apapun kecuali mempertimbangkan cinta. Selalu alasannya
cinta. Kemudian jurus pamungkasnya kita gak bisa memilih untuk jatuh cinta sama
siapa...” Angelo geram.
Di saat-saat seperti ini Angelo terlihat egois
sekali. Pishell sudah paham betul. Namun untuk kali ini ia akan berargumen yang
sebaliknya dari pernyataan Angelo.
"Perempuan lebih mudah mengeluarkan air mata
karena di matanya ada kantung yang berfungsi memproduksi air mata lebih besar
daripada laki-laki. Secara biologis itu sangat mendukung perempuan dibilang
lemah dan cengeng. Padahal menurut aku belum tentu juga getaran tangis di hati
perempuan lebih besar dari laki-laki. Air mata belum tentu sejalan dengan hebatnya
tangisan di hati." Pishell menjeda ucapannya.
"Begitu juga dengan cara mengambil keputusan
antara laki-laki dan perempuan. Mungkin.. ini mungkin yaa.. aku belum tau
pasti. Mungkin perempuan menggunakan sistem otaknya yang lebih mengedepankan
perasaan untuk mengambil keputusan. Jadi perasaan latar belakang pengambilan
keputusan. Dan itu sangat didukung secara biologis. Jadi bagi aku, kamu gak
bijak kalau memakai anatomi tubuh dan standar hidup kamu sebagai pewakil pihak
laki-laki untuk diterapkan pada pihak perempuan. Pasti akan bertentangan."
Penjelasan itu membuat Angelo terdiam. Otak
logisnya belum bersepakat untuk menerima perasaan sebagai penyebab lahirnya
keputusan. Di sela es jeruk lemon ditaruh si pegawai, Angelo mendapat
pengetahuan baru, bahwa perasaan hanya soal here
and now sementara logika soal hari ini dan masa depan. Maka dari itu
laki-laki pantas dijadikan oleh kitab suci sebagai kepala rumah tangga dan
pemimpin. Logika laki-laki lebih berperan baik dalam mengambil suatu keputusan!
"Gini ya Angelo .. kamu jangan pakai standar
hidup kamu buat diberlakuin ke orang lain. Kayak temen kamu yang dikatain perek sama pacarnya. Bagi kamu mungkin
kata perek terlalu jorok. Terlalu lah bagi kamu. Tapi bagi orang itu belum
tentu. Sama halnya kayak alhamdulillah
yang terucap dari kiai dibandingin sama preman kampung yang abis inyaf.
Kualitas alhamdulillahnya beda. Bagi kiai itu udah sangat biasa. Sehari-hari.
Tapi bagi si preman, kata alhamdulillah yang terucap getarannya bisa
memporakporandakan jiwa hingga kediaman Tuhan. Makanya, sering disebut doa
orang teraniaya lebih dikabulkan sama Tuhan. ”
"Hakh. Entah kenapa beberapa bulan ini aku ingin
banget ngubah orang lain." Angelo membela diri.
Sejak acara tv yang tidak jelas fungsinya kecuali
untuk komersialisasi, sejak industri musik memproduksi musisi karbitan dan yang
penting terkenal, Angelo bertekad untuk mengubah selera orang. Baginya
kelemahan dasar manusia di Indonesia ialah karena selera nya rendah!
Mereka berdua mentransfer es jeruk lemon dalam gelas
ke tenggorokan mereka yang dahaga. Berharap jiwa mereka ikut terbasuh.
"Eh kamu tau gak vokalis terbaik Indonesia?"
efek musik belum hilang sepenuhnya.
"Siapa? Chrisye.. ” Pishell jawab sekenanya.
"Versi majalah Rolling stone, Benyamin."
Kebiasaan Pishell melengkungkan alis tanda bingung muncul. Mentang-mentang alisnya bagus.
Kebiasaan Pishell melengkungkan alis tanda bingung muncul. Mentang-mentang alisnya bagus.
"Iya. Benyamin bisa berbagai aliran musik. Jazz,
keroncong, pop sampe seriosa dia bisa."
"Kalo lagu terbaik siapa?" Angelo curang.
Pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan seperti pembalasan dendamnya soal
pemberlakuan standar.
"Gak tau"
"Bongkar-nya Iwan Fals. Aneh yaa.." Angelo heran
dengan terpilihnya lagu bongkar sehingga menjadi jawara.
"Kalau cinta sudah dibuang. Jangan harap keadilan
akan datang ... " lirih Pishell.
"Haha sok lo nyanyi Iwan Fals."
"Dih.. tuh kata Iwan Fals pake perasaan cinta
dulu baru bisa adil. Hehehe..." Pishell meledek, menarik kembali perbincangan
soal logika dan perasaan.
Angelo sudah malas meladeni. Dia memang tipe
petarung yang apabila ujungnya diprediksi akan kalah, ia lebih memilih mundur.
Ia tahu betul siapa lawan bicara yang sedang dihadapi. Sambil memutarkan
pandangan, mencari apa-apa yang sekiranya menarik, Angelo menghadiahi kesunyian
yang berlangsung beberapa menit dengan pertanyaan. Pertanyaan balas dendam.
"Kalo aku nikah, kamu dateng?"
Sunyi datang lagi. Membiarkan otak bekerja tanpa
mau diganggu. Soal serius nampaknya.
"Dateng ..." jawabnya santai, menunjukkan betapa
hebatnya perempuan ketika menyembunyikan luka.
Angelo menerka-nerka perasaan Pishell. Kedataran
ekspresi membuat Angelo meruncingkan alat deteksi. Sayang, kepekaan inderawinya
hanya mampu mengetahui isi hatinya sendiri. Perasaan terbebani ketika kata
nikah itu ia lontarkan sesungguhnya berasal dari hatinya. Bukan dari lawan
bicaranya.
Apa musuh utama dari suatu hubungan? Komunikasi
yang didasari atas keliaran berpikir. Terkaan, prediksi atau bolehlah
diperhalus dengan kata kepekaan merupakaan cermin buram dari sebuah fakta. Itu
pula yang membuat Angelo dan Pishell tempo hari bertengkar hebat dan kemudian
mengakhiri hubungan.
Tapi di pertemuan malam itu, di tempat minum kopi
langganan mereka, Angelo mengutarakan suatu hal menarik dan berbeda tentang apa
yang membuat hubungan dengan Pishell berakhir.
"Kamu inget gak kata-kata BJ. Habibie?"
"Pasangan sejati bukan yang saling menatap, tapi
buka jendela dan melihat satu objek yang sama." Pishell hafal betul kata-kata
romantis itu.
"Itu yang buat hubungan kita gak berjalan baik."
Kalimat Angelo itu kalau tidak boleh disebut suatu
kriminalisasi perasaan, bolehlah disebut pencerahan suatu hubungan. Bagaimana
bisa Angelo merunutkan kesalahan-kesalahan dari suatu hubungan, yang otomatis
menyalahkan salah satu dari mereka dan bukan tidak mungkin keduanya bersalah.
Masalahnya Angelo tidak lagi bicara mengenai rasa.
Ini soal logika dan keluasan berpikir. Menarik juga untuk mengetahui
penjelasannya.
"Apa yang salah dengan kalimat itu?"
"Perasaan kita dibenangmerahi oleh persamaan.
Kita sama-sama suka naik gunung, suka sama Zinedine Zidane, suka diskusi ilmu,
suka minum jus Belimbing dan lain-lain. Intinya kita banyak kesamaan. Seperti
kalimat itu, kita mengejar objek yang sama!"
"Dan kita jadi bermasalah ketika kita punya
keinginan masing-masing dan tidak mengejar objek yang sama?!" silang Pishell.
"Cerdas! Terlalu banyak kesamaan dan terlalu
sering melihat objek yang sama membuat perbedaan kecil diantara kita
menyebabkan perselisihan. Contoh pas kamu tergila-gila sama band Sheila On 7,
setiap konsernya kamu usahain dateng. Kita berantem, karena aku selalu ngotot
musik Ahmad Dhani lebih mewah dan lebih musikal. Kamu gak mau kalah. Aku
apalagi, karena emang Ahmad Dhani 1 peringkat diatas Erros dalam urutan
pencipta lagu terbaik versi majalah Rolling Stone."
"Sama juga pas kamu bilang semua inti manusia
dari pikiran (psikologis) nya.. aku kekeuh bahwa psikologis itu bagian dari
biologis. Semua tingkah laku manusia itu bisa dijelaskan secara biologis.
Akhirnya kita perang, kamu bawa bendera psikologi, aku bawa bendera biologi. ”
Pishell ingin ketus juga lalu memberi contoh lain.
"Padahal kalo kita mau saling menatap, dan
memahami satu sama lain, kita bisa tau bahwa musik itu soal selera, mau orang
suka Ahmad Dhani atau Rhoma Irama sekalipun, ya itu selera. Sama juga masalah
psikologi dan biologi, karena kedua ilmu itu saling melengkapi sebagai suatu
rumah ilmu. Kita sering mengejar apa yang ada di depan kita Pishell! Sampe
lupa, apa yang mengiringi kita." pungkas Angelo
Pishell tercekat. Kata-kata sudah kehilangan makna
baginya.
"Angelo..."
Kalimat itu menggantung. Nama yang disebut tidak
tahu arti di balik panggilan menggantung itu. Pishell merasa badannya lebih
berat dari biasanya. Ia jadi membenarkan pernyataan Angelo soal pikiran yang
bisa juga memberikan beban berat pada tubuh.
"Aku mau nikah.. 2 minggu lagi ..."
Beban berat itu lepas dari tubuh Pishell. Dan
beralih mendiami tubuh Angelo. Suasana begitu kaku. Wajah Angelo yang biasanya
tengil mau ia apakan juga terlihat kaku. Laki-laki memang tidak begitu pandai
dalam menyembunyikan luka. Angelo harus belajar dari Pishell yang sedang mengatur
mimik mukanya. Air matanya tak diperbolehkan jatuh.
Pishell sesungguhnya tidak tega mengutarakan ini
semua. Apalagi menuliskan nama Angelo di undangan pernikahannya. Ini mengapa
menyalahkan kata-kata Habibie karena telah merusak hubungan mereka bisa disebut
kejahatan. Bagi Pishell kata-kata itu merupakan lorong waktu yang menggiring
Pishell untuk kembali mengecapi kenangan masa lalu bersama Angelo. Tidak hanya
itu. Kata-kata itu mengandung celah masa depan. Pishell harus tegas atas
kenyataan pahit.
"Iyaa aku akan dateng." Angelo memecah hening.
Pishell tersenyum. Menghargai jiwa besar mantan
kekasihnya yang paling berkesan.
Mereka berdiskusi kembali. Bukan lagi soal
perasaan. Tapi kehidupan tanpa harapan benar-benar mengerikan. Seperti
penyerang sepak bola yang mencetak gol kemenangan tapi sudah pasti tim nya
takkan lolos grup. Hidup seperti itu hambar, jika mengerikan terlalu
berlebihan. Kosong.
Angelo dan Pishell sadar akan kekosongan itu. Tak
lama mereka berdua pulang masing-masing. Lain arah.
Pishell masih sempat melihat punggung Angelo yang
tak juga berbalik ke belakang. Pishell kecewa sejenak. Setelah itu menatap masa
depan. Mengetahui di depan sana ada laki-laki yang akan jadi suaminya.
Laki-laki yang ia cintai sama seperti ia mencintai Angelo. Ia sempat bohong
tadi. Ia punya lelaki masa depan, sesungguhnya.
Sementara Angelo melewati jalan yang sejam lalu ia
lewati dengan Pishell. Ia mengayunkan tangan, menangkap ritual kenangan lari
dengan Pishell. Ia bermelankolis.
"Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang
biasa.. Apakah kau akan membelaiku semesra dahulu?" Angelo membuktikan
ucapannya.
Angelo menarik nafas panjang. Ia teringat soal
teori jodoh yang tadi ia jelaskan ke Pishell, dengan kesimpulan bahwa Angelo
ialah jodohnya. Pahit.
Angelo membayangkan pernikahan Pishell. Dan
memastikan hatinya tak apa-apa saat melihat Pishell di pelaminan dengan
laki-laki lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar