Aku masih terus berpikir, berkutat dengan
tulisan-tulisanku
Jari-jemari menopang pena, ku ajak pena menari
Pena pun menari di atas sana, seiring dengan
alunan detak jam
Sedangkan diluar sana, hujan sedang asyik
mengajak rerumputan bergoyang
Pena tertaut pada secarik kertas, hitam dan
putih bersatu
Membuat jejak-jejak syair penuh kedustaan
Sesekali ku buang kertas itu dan menggantinya
dengan yang baru
Aku pun memandang sinis ke luar jendela, mereka
tersenyum
Seperti tahu apa yang sedang aku lakukan
Aku tahu aku tak pandai merangkai kata-kata
Fatamorgana . . .
Sepertinya mereka tidak membantu dan mereka
tidak mau membantu
Sedangkan aku masih bergelut dengan sang waktu
Aku lalui dunia fana, dan tak berminat mengajak
yang lainnya ikut
Aku terus mencari jalan di sana, namun tidak
ada yang tahu
Atau mereka yang tidak mau tahu
Aku menggerutu sendiri, berkeluh kesah
Aku sekali lagi melihat ke luar jendela
Si pena berhenti menari sebentar, memberikan
waktu untukku berfikir
Mereka acuh, masih menari dengan riangnya
Seakan tidak melihatku atau tidak mau
melihatnya
Pandangan pun aku alihkan, melihat si pena yang
mulai kelelahan
Sang waktu kini merayu, mengajak menyudahi
pertunjukkan
Sebuah drama . . .
Dari si ‘pena menari’
Oleh : Kharisma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar