Bohong tapi Benar?

“Katakanlah kebenaran itu meski pahit sekalipun”

Sebuah petuah bijak dari generasi ke generasi, yang menekankan akan pentingnya mengutarakan kebenaran dan kejujuran. Namun apakah petuah ini akan menjadi suatu yang abadi? Masihkah petuah ini akan selalu dipakai orang dalam setiap situasi? Ketika saat ini telah terjadi pergeseran makna dalam memandang kebohongan. Istilah kerennya adalah kebohongan putih atau “white lies”. Sebuah fenomena yang melegalkan kebohongan dengan alasan-alasan kebenaran. 


Tindakan white lies sebenarnya bukan hal baru, sejak zaman nabipun hal ini pernah terjadi, bahkan nabi Muhammad pernah melakukannya. Contoh yang sering di sebutkan adalah suatu ketika Nabi sedang berdiri di suatu tempat kemudian ada orang yang lewat di depan beliau, karena di kejar oleh seseorang yang membawa parang ingin membunuhnya. Kemudian, orang yang mengejar sambil membawa sebilah pedang tersebut bertanya kepada saya NabiApakah melihat orang lewat barusan”. Nabi kemudian menjawabnya sambil bergeser tempat berdiri satu atau dua langkah, kemudian berkataSemenjak saya berdiri di sini, saya tidak melihat orang lewat satupun”. Walau sebenarnya juga masih sedikit rancu untuk mengkategorikan tindakan nabi tersebut sebagai white lies karena nabi melakukannya dengan sangat cantik. Tujuannyapun jelas bukan untuk kepentingan pribadi atau untuk merugikan dan menyiksa orang lain. 

Cerita mengenai white lies yang terkenal lainya adalah kisah tentang Robin Hood. Kisah tentang seorang yang mencuri untuk membela kaum marjinal. Meski demikian dalam kisah tersebut tetap saja Robin Hood merasa bahwa tindakannya tersebut tidak benar. 

Pada saat ini white lies masih menjadi polemik. Pada satu sisi banyak orang yang menganggap bahwa hal ini tidak masalah. Alasan mengapa orang melakukan white lies bisa diterima. Menurut orang yang setuju dengan white lies, daripada melukai atau menyakitkan lebih baik tidak mengatakan hal yang sebenarnya. White lies  sering terjadi  ketika harus ada pilihan antara bohong untuk kebaikan atau jujur tapi menyakitkan.  Namun tak sedikit juga yang menolak tentang tindakan white lies. Meski secara niatnya adalah baik namun orang-orang yang menolak tetap beranggapan bahwa tidak ada alasan apapun untuk membenarkan kebohongan. 

Secara norma sosial berbohong memang merupakan tindakan yang tidak baik. Kebohongan cenderung tidak diterima oleh masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya kebohongan memang terjadi karena berbagai alasan. Alasan-alasan orang berbohong misalnya karena kepepet untuk menjaga perasaan orang, untuk lari dari tanggungjawab atau untuk menghindari tuntutan atas perbuatan salah yang dilakukannya. Alasan untuk menjaga perasaan orang sering digunakan untuk melegalkan berbohong. Alasan ini sering digunakan dalam pergaulan maupun dalam suatu hubungan lawan jenis. Demi menjaga perasaan teman atau pasangannya seseorang terkadang menutupi kebenaran. Misalnya saat pasangan atau temannya bertanya mengenai penampilannya, jawaban yang sering diberikan adalah baik meski sebenarnya belum tentu demikian. Alasan-alasan inilah yang pada akhirnya membuat orang-orang merasa bahwa white lies bukanlah hal yang merugikan. 

Namun jika melihat urgensinya, apakah relevan alasan-alasan yang digunakan oleh pelaku white lies saat ini? Apakah untuk alasan percintaan, pertemanan dan hubungan sosial yang sempit masih relevan white lies dilakukan? Bukankah jika menyangkut hajat orang banyak baru bisa disesuaikan? Entahlah semua tentu kembali lagi pada pribadi masing-masing.


Oleh : Lina Febrianti                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar