White Lie

A : Siapa yang tidak pernah bohong? Ayo ngaku! Pasti semuanya pernah kan?  
(kemudian ada yang nyeletuk)
B : Bagaimana kalau berbohong demi kebaikan?
A : Maksudnya "white lie"?
B : Iya, "white lie"? Bukannya boleh ya?


Dari kutipan dialog di atas membuat saya berpikir jadinya. Emang beneran ada ya white lie? Apasih bedanya white lie dengan bohong ‘biasa’ nya atau pure lie? Lalu bolehkan white lie itu? Saya pun mencoba mencari jawab dari pertanyaan tersebut.

Menurut www.artikata.com dan kamus besar bahasa indonesia, bohong berarti tidak sesuai dengan hal (keadaan dsb) yg sebenarnya; dusta: bukan yg sebenarnya; palsu. Sedangkan menurut wikipedia.com, bohong berarti  pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang dengan tujuan pendengar percaya.

Sedangkan white lie, menurut www.artikata.com ialah “an unimportant lie (especially one told to be tactful or polite)” yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah "sebuah kebohongan yang tidak penting (terutama yang diucapkan untuk kepentingan kebijaksanaan atau kesopanan)." Sedangkan menurut sumber lain yaitu www.freedictionary.com, white lie dapat berarti “an often trivial, diplomatic or well-intentioned untruth” yang kalau coba diartikan lagi ke bahasa Indonesia berarti  "ketidakbenaran sepele, diplomatik, bermaksud baik".

Dari kedua definisi tersebut saya pun mengambil kesimpulan bahwa bohong ‘biasa’-nya (pure lie) merupakan suatu hal yang dianggap tidak baik karena mengatakan hal yang tidak sebenarnya, tetapi bohong putih (white lie) bermaksud baik hanya tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Loh, sama-sama tidak mengatakan hal yang sebenarnya tapi bisa ya berbeda maksudnya.

Kemudian saya pun teringat akan mata kuliah psikologi umum yang membahas mengenai tokoh-tokoh psikologi. Ada seorang tokoh yang bernama Sigmund Freud. Beliau terkenal dengan mahzabnya yaitu psikoanalisa. Dalam psikoanalisa terdapat suatu teori yang bernama defense mechanism. Defense mechanism atau mekanisme pertahanan diri dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh untuk melindungi ego dari kecemasan. Dilakukan dengan maksud untuk mengingkari impuls, menahan impuls, membelokkan impuls sehingga intensitasnya dilemahkan atau diubah. Dari definisi tersebut bisa dikatakan antara white lie dengan defense mechanism sama maksudnya (tujuan hal tersebut dilakukan).

Selanjutnya, apakah kedua hal itu boleh dilakukan? Ada saat ketika pada akhirnya kita menggunakan defense mechanism ataupun white lie tetapi kedua hal tersebut bukanlah suatu solusi untuk memecahkan suatu masalah. yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita mau menyelesaikan masalah tersebut? It’s back to you, depends on yourself.  


Oleh : Intifada Dwinta Setiarini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar