Laura




             Namanya Brian, ia meyakini dirinya seseorang yang dapat menciptakan kesan. Tentunya kesan yang baik. Brian Si berkesan, begitulah ia melabeli dirinya. Malam itu ia sedang membuktikannya dengan cara menaburi bunga-bunga mawar merah yang harum dan segar di sekitar tempat tidur, menyemprotkan ruang kamar dengan parfum Davidof men dan parfum eternity sekaligus sehingga harumnya tak tertandingi. Itu semua ia lakukan untuk Laura istrinya yang baru ia nikahi tadi siang. Laura sedang mandi, dan itu Brian manfaatkan untuk memberikan kejutan kepada Laura.
            Brian menata bunga-bunga mawar dengan sangat detil. Ia atur sedemikian rupa agar  terlihat menarik. Awalnya ia taburi saja tanpa bentuk, namun ia memiliki ide cemerlang untuk menata bunga membentuk symbol Love. Akhirnya ia ambil kembali bunga-bunga tersebut dan menata kembali sesuai idenya. Satu demi satu ia taruh bunga itu dengan lembut. Bunyi air dari shower yang jatuh ke lantai membuatnya santai, istri tercinta masih mandi, begitu perkiraannya.
            Brian berdiri menjauh dari tempat tidur. Melihat hasil karyanya sendiri, dimana bunga-bunga mawar merah tampak indah membentuk symbol love di atas springbed berkain putih bersih dan halus. Lampu kamar yang sedikit temaram menambah kesan romantis. Setelah itu ia mengambil parfum Davidof dan Eternitiy dari dalam tas dan menyemprotkannya untuk kedua kali. Baunya sungguh memanjakan indera penciuman.
“ Laura pasti akan suka .. “ ucapnya dalam hati.
            Ia kemudian duduk di sofa, mencoba menenangkan diri sendiri. Ia deg-degan, tak sabar menunggu respon istrinya dengan kejutan yang ia berikan. Ia palingkan pandangannya ke jendela. Kondisi di luar jendela menyerap ingatannya untuk menemui masa lalu. Ia teringat pertama kali bertemu Laura.
Senin, 11.14
            Perempuan paling cerdas satu sekolah mengetuk pintu kelasnya Brian. Ibu guru ekonomi yang mengajar mempersilahkan masuk. Perempuan paling cerdas itu Laura. Ia memanggil Brian atas perintah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Brian disidang oleh wakil kesiswaan di depan Laura, karena Brian ketauan merokok di kantin. Brian mendapati poin hukuman 50, yang artinya Brian siap dikeluarkan dari sekolah. Poin Brian yang mencapai 120 sudah termasuk bermacam toleransi, melewati batas. Batas minimum toleransi hanya 100.
“ Saya mohon pak. Brian bisa berubah. “ Laura berbaik hati.
Brian langsung menatap lamat-lamat wajah Laura. Belum kenal belum apa, kenapa begitu empati.
“ Iyaa pak. Saya mohon.. “ Brian menimpali.
Kemudian bapak wakil kepsek tersebut mengambil Hp nya dan menyalakan rekaman suara yang isinya, permohonan maaf Brian. Sudah ada 3 rekaman suara dengan kata-kata yang sama “ Saya mohon .. “
Brian diam. Kesalahannya sudah pantas tidak diberi maaf.
“ Kali ini saya yang jamin pak. Saya jamin ini permohonan yang terakhir. “ Laura tak mau kalah.
Akhirnya dengan negosiasi super jelimet, Brian mendapat remisi. Ia terbebas oleh nama besar Laura, perempuan paling cerdas satu sekolah.
Keluar dari ruang wakil kepala sekolah, Brian menanyakan maksud kepedulian Laura.
“ Sebulan lalu aku nemuin gambar sketsa di depan kelas kamu. Gambarnya menarik : Tom sedang menyuapi jerry makan, dan disitu jery-nya matanya diperban, kayak lagi buta.“ Laura bercerita seru.
“ Itu gambar kamu kan? Ada tulisan Brian di bawah gambarnya“ tanya Laura Memastikan.
Brian mengangguk. Ia mengetahui bahwa gambar itu menjadi alasan Laura membelanya.
Dari situ Brian mengenal Laura secara akrab. Kemudian Laura banyak membimbing Brian sebagai bagian tanggung jawab atas ucapannya waktu itu ke wakil kepala sekolah. Brian berubah. Ia tak lagi merokok di kantin melainkan di gudang mesjid yang sudah tidak termasuk area sekolah.
            Laura mengingatkan Brian jika ada tugas sekolah, atau berbagai ujian. Brian jadi rajin. Sudah pasti Laura memikat hatinya. Namun suatu waktu rajinnya terlewat batas. Ia masuk dengan seragam lengkap di hari minggu. Itu juga karena Laura Miss call Brian jam setengah lima pagi. Maksud Laura membangunkannya sholat subuh atau olahraga pagi. Brian salah arti. Lagipula, Brian menuruti apa saja kemauan Laura yang berbau sekolah. Mungkin, jika Laura menyuruh Brian menjadi jenazah waktu praktek sholat jenazah, bisa jadi Brian langsung tiduran saja. Bukannya Brian pengemis cinta, tapi Brian percaya, ditangan Laura ia akan menjadi siswa yang baik.
            Hubungan mereka berlanjut lebih intim. Mereka pacaran. Brian mengajak Laura pacaran melalui sms. Tidak gentle. Laura yang sedang berada di taman dekat rumahnya, tidak terima, ia lalu menelpon Brian. Brian mengangkat telpon langsung berkata : Kamu mau jadi kekasih aku? Laura kelu. Niatnya memaki urung. Laura masih dengan diam.
Pundak Laura ada yang menyentuh, ia membalikkan badan. Brian dengan belasan balon di tangan kanan dan kirinya menyambut Laura. laura terharu.
“ Udah kamu mau aja !! “ Brian memaksa.
Laura mengambil balon-balon di tangan Brian. Lalu mengangguk tanda setuju.
Balon-balon yang telah dicoret-coret dan di ujungnya terdapat batu agar tak terbang, dipotong bagian terbawah benangnya oleh Brian dengan gunting. Puluhan balon itu terbang kecuali satu balon.
Laura cemberut.
Brian bilang : “ Aku gak bisa buat lampion, pake balon-balon aja. Sama kayak lampion di balon-balon itu ada doa dan pengharapan. Satu balon ini buat pengharapan kamu? “
Laura menulis di balon itu : Kabulkan doa dan harapan kekasihku..
Satu balon beserta doanya terbang lagi mengikuti balon dan doa yang lain. Mereka berharap balon itu sampai ke genggaman Tuhan.
Mereka berpelukan. Merayakan hari jadi. Merayakan cinta mereka.
Brian tersadar. Ia memalingkan wajah ke kamar mandi. Lama sekalii
            Brian berdiri melihat bunga-bunga hasil karyanya. Ia melihat ada yang salah. Bunganya beberapa ada yang layu. Kemudian ia menggantinya dengan yang baru. Untungnya ia membeli bunga mawarnya banyak sehingga banyak pilihan. Yang layu diganti yang masih segar.
Brian juga merasa ruangannya sudah tak seharum sebelumnya. Ia menyemprotlkan parfum yang sama dengan semprotan yang lebih banyak. Maksudnya agar tahan lama.
Namun suara cipratan air dari shower belum kunjung berhenti. Artinya Laura masih mandi, padahal sudah hampir 40 menit.
Tiba-tiba Brian jadi sangat sabar, ini dikarenakan Brian memaklumi istrinya yang putih terawat dan cantik.
Bagi Brian kecantikan istrinya tidak ada yang melebihi. Semua suami pasti beranggapan seperti itu kan?!
Brian jalan ke arah jendela, penasaran dengan dunia luar yang daritadi baginya tak menarik. Daritadi ia luput oleh Laura, padahal dari luar sana Brian bisa seperti ini.
Brian mengeja kembali proses yang telah ia lalui.
            Berpegangan tangan pertama kali. Belajar bareng menjelang ujian nasional. Meski nilai Ujian Laura lebih tinggi, tapi dalam pelajaran Matematika Brian menang. Brian melanjutkan kuliah jurusan seni. Sementara Laura jurusan komunikasi. Mereka berdua juga  freelance, jika Brian fotografer Laura jadi modelnya. Setelah dapat uang mereka sama-sama menyelam di Bali atau tempat favorit mereka Bunaken. Pulang jalan-jalan, kembali menjalani rutinitas. Mengumpulkan uang lagi untuk liburan bareng.
Semua kenangan itu membuat Brian terharu. Pandangannya teralih pada sebuah undangan warna hitam berarsir emas. Undangan pernikahan yang mahal.
            Ia bersyukur sekali atas kejadian tadi siang, ketika ia akad nikah. Menyerahkan mahar. Itu siang yang paling special sepanjang hidup Brian. Siang yang sangat berkesan. Laura sangat cantik mengenakan gaun biru muda. Laura, yang dulu menjamin dirinya akan menjadi siswa yang baik, kini menjadi istrinya. Balon-balon itu benar sampai ke tangan Tuhan. Balon yang terselip doa.
Brian bersyukur sekali atas ini semua. Atas Laura.
Ia baca undangannya, namun kenapa yang tercantum nama Laura dengan Bayu. Ia mengucek mata, yang dimatanya tetap nama Bayu.
Brian bergegas ke kamar mandi, membuka pintunya dengan tergesa. Di dalam kamar mandi tak ada satupun orang. Laura tidak ada. Hanya kucuran air dari shower yang tadi sengaja Brian nyalakan. Ia keluar kamar mandi dengan langkah gontai. Pikirannya kacau oleh bayangan wajah Laura dan Bayu berdiri di pelaminan dengan latar serba hitam. Brian memegang kepalanya yang mulai berasa pusing. Ia melihat bunga-bunga di atas kasur menjadi layu.
Ia mendekati gila.



1 komentar:

  1. brian, mari ikut aku. jadi petani saja di pinggiran daerah pedalaman. bertanam, beternak, berburu,bermain, intip ibu2 nyuci sambil mandi di sungai yang agak sedikit sampahnya. dan akhirnya merancapkan diri dibalik bebatuan...

    BalasHapus