Menjelang tengah malam terdengar
langkah kaki. Langkah itu semakin cepat dan begitu gelisah. Menuju sebuah
pintu, salah satu kamar di apartemen megah. Pintu terbuka, lampu pun menyala menerangi gelapnya
ruangan. "Ah sungguh
melelahkan. Kasus hari ini cukup memakan waktu, menguras tenaga.”
Dilemparnya tas itu ke atas ranjang. Ia berjalan menuju dapur mini kamarnya, membuat secangkir teh agar membuat rasa lelahnya berkurang. Kemudian, duduklah wanita itu di sebuah sofa hijau sambil memandang ke arah jendela. “ malam yang sepi. Hanya bertemankan lampu.” Pikirannya melayang jauh sambil sesekali meminum tehnya. Ia teringat akan pembicaraan beberapa orang yang tak dikenalnya di kereta. “ parapsikologi, hmm pembicaraan mereka tadi, secara tersirat menghubungkannya dengan hal gaib yang tak ada dasar ilmiah. Jika memang benar seperti itu, berarti psikologi bukan ilmu atau bahkan parapsikologi bukan bagian dari psikologi.. Wah perlu di cari tahu kebenarannya.” Ia beranjak dari sofa menuju ranjang, mengambil tas laptopnya kemudian kembali ke sofa. Ia mengetikkan kata kunci dengan harapan mampu mendapatkan gambaran secara jelas mengenai parapsikologi.
Dilemparnya tas itu ke atas ranjang. Ia berjalan menuju dapur mini kamarnya, membuat secangkir teh agar membuat rasa lelahnya berkurang. Kemudian, duduklah wanita itu di sebuah sofa hijau sambil memandang ke arah jendela. “ malam yang sepi. Hanya bertemankan lampu.” Pikirannya melayang jauh sambil sesekali meminum tehnya. Ia teringat akan pembicaraan beberapa orang yang tak dikenalnya di kereta. “ parapsikologi, hmm pembicaraan mereka tadi, secara tersirat menghubungkannya dengan hal gaib yang tak ada dasar ilmiah. Jika memang benar seperti itu, berarti psikologi bukan ilmu atau bahkan parapsikologi bukan bagian dari psikologi.. Wah perlu di cari tahu kebenarannya.” Ia beranjak dari sofa menuju ranjang, mengambil tas laptopnya kemudian kembali ke sofa. Ia mengetikkan kata kunci dengan harapan mampu mendapatkan gambaran secara jelas mengenai parapsikologi.
" Istilah parapsikologi itu pada akhir
abad ke-19 mula-mula digunakan oleh M. Dessoir. Awalan “para”, yang juga
digunakan dalam ilmu kesehatan seperti istilah paramedis, para-typhus, berarti
“di samping”. Oleh karena itu gejala-gejala paranormal adalah gejala-gejala
yang terjadi di samping gejala-gejala yang normal menurut tinjauan pikiran
lumrah (common sense experience) (Kartoatmodjo, 1985). Dengan demikian maka
parapsikologi menghendaki agar gejala-gejala yang “gaib” pada manusia tersebut
diteliti secara “ilmiah”. Jadi, parapsikologi adalah penelitian yang
mempelajari fakta-fakta tentang fenomena paranormal (Kartoatmodjo, 1985).
Kebanyakan ilmuwan mencoba untuk mengamati fenomena yang tidak dapat
dijelaskan. Semua ilmuwan yang lainnya membawa kita menjauh dari takhyul dan
pemikiran gaib, dimana parapsikologi sudah mencoba untuk menemukan dasar ilmiah
untuh hal-hal seperti kemampuan meramal dan perantara atau medium (Carrol,
2001)."
Ada beberapa hal yang menyebabkan sikap skeptik terhadap parapsikologi. Pertama. Alasan masyarakat ilmiah bersikap skeptis terhadap fenomena psikologi, adalah karena fenomena tersebut tidak memiliki basis hukum-hukum alam yang diketahui. Kedua. Media massa dan publik sering mencampur-adukkan antara parapsikologi dengan keyakinan tidak ilmiah dan peristiwa sensasional. Oleh sebab itu banyak orang jadi menganggap bahwa parapsikologi bukanlah ilmu yang serius. Keempat. Jika seseorang ingin mempelajari bukti-bukti tentang fenomena psikologi, referensi tentang teknisnya sangat sedikit. Hanya segelintir jurnal profesional yang memuatnya dan dicetak sangat terbatas.
“Jelas saja, tidak satupun hukum
fisika atau kimia yang diketahui yang bisa menerangkan fenomena tersebut. Yah,
dengan kata lain, tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan fenomena psi,
istilah untuk semua jenis fenomena psikis atau kejadian yang terlihat memiliki
hubungan dengan jiwa. Penelitian-penelitian yang ada cenderung berupaya
membuktikan apakah fenomena psi ada atau tidak. Penelitian-penelitian itu belum
mampu menjelaskan proses-proses yang terjadi dalam fenomena psikologi.” Wanita itu
berkomentar terhadap artikel yang dibacanya sambil sesekali menikmati teh. Dan
matanya kembali tertuju pada laptop
Ketiga. Bukti-bukti tentang adanya fenomena psi memiliki signifikansi
secara statistik. Namun, bagi orang yang tidak terlalu paham statistik hal
tersebut sama sekali tidak mengesankan. Misalnya, dari 100 percobaan menebak
kartu, seseorang bisa menebak 70 kartu secara benar. Dari sisi statistik, angka
itu sangat mengesankan karena peluangnya adalah 50:50. Namun, dari kacamata
masyarakat awam statistik, nilai 70 tidak mengesankan. Akan mengesankan jika
dari 100 percobaan, bisa benar seluruhnya.
“Hal-hal ini memang hal yang
sudah biasa di Indonesia, apalagi jika media sudah turut campur dalam
memberitakan, ada saja tambahan-tambahan yang sebenarnya tak perlu tapi
dilakukan biar lebih laku. Ah dasar komersil sekali.. Yang dituntut adalah
pembuktian yang cepat dan terpercaya sedangkan yang namanya penelitian kan
tidak hanya setahun atau dua tahun. Apalagi dengan adanya keterbatasan
sumber-sumber ilmiah. Yah tetapi dengan membaca artikel ini, setidaknya
parapsikologi tidak statis tapi dinamis dalam perkembangannya.”
“Parapsikologi keliru kalau dianggap
sebagai pseudoscience sebab Parapsychological Association (organisasi
parapsikologi) telah diakui sebagai science dan merupakan afiliasi American
Association for the Advancement of Science (LIPI-nya Amerika Serikat) http://www.aaas.org/aboutaaas/
Parapsikologi memang berkembang pesat di negara-negara maju seperti di eropa,
amerika serikat, peneliti parapsikologi bahkan dari berbagai disiplin ilmu
lainnya, tidak hanya dari psikologi. Parapsikologi bahkan telah dimanfaatkan
oleh negara maju misalnya untuk kepentingan intelejen, dsb (Kartoatmodjo,
1995).”
Wanita
itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Seolah ada yang dia pikirkan. Di
habiskannya teh itu, lalu di matikannya laptop. Waktu sudah menunjukkan pukul
02.00 dini hari. Ia beranjak dari sofa hijau berjalan menuju ranjang. Ia meraih
handphonenya, mengecek agenda hari itu. “ Pukul enam pagi..” gumam wanita itu.
Tak sampai lima menit, ia pun sudah tidur terlelap.
Oleh : Holonita
Oleh : Holonita
kerenn (y)
BalasHapus