Kabar untuk Anakku

Karya Wiji Thukul
Puisi ini dibacakan oleh Gumgum Gumelar (dosen Jurusan Psikologi Universitas Negeri Jakarta) pada acara "Katarsis: Minor" yang diadakan dalam rangka perayaan ulang tahun pertama Writing Club.


Kabar untuk Anakku

Anakku, aku tak bisa memberi apa-apa
Hanyalah bunyi genderang perang kabar dari ayahmu
Saat ini aku berada di persimpangan jalan
Apakah aku harus memilih jalan di atas kebenaran?
Ataukah kedamaian?

Ternyata aku memilih kebenaran
Biarpun kebenaran itu penuh darah dan nanah
Apalah arti kedamaian kalau hanya menjadi budak?
Tidak anakku! 

Kalian tidak boleh menjadi budak di negeri sendiri
Mereka sengaja memberikan mimpi tentang kedamaian sementara
Kebenaran telah di robek-robek jiwa
Raga kita telah tercabik-cabik
Terbuang dalam lautan debu yang sangat hitam

Anakku, biarpun aku rindu
Rindu untuk memelukmu
Rindu untuk membelaimu
Rindu untuk menumpahkan kasih sayang
Namun, aku relakan kerinduan ini untuk tetap berjuang
Apa bila di tengah padang terdengar suara genderang
Di sanalah ayahmu mengangkat pedang.

Anak ku, apabila aku harus mati nanti
Dengarlah kata-kataku ini
Kebenaran tidak akan pernah terwujud kalau tidak kita rebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar